Selasa, 19 Januari 2016

Clash Of Clans


Clash of Clans (Kisah Nyata)

Anur datang dengan sangat tergesah-gesah, dari pundaknya menetes darah. Pedang di tangannya berdarah. Matanya lembam dan sunguh malang nasip prajurit yang satu ini, karena saat dia berbicara, tiba-tiba dia berbatuk dan sekitar tiga biji giginya keluar karena retak. Anur adalah anak dari Ramen kepala perang pasukan Barbarian, mereka adalah pasukan keturunan ke-tiga.
''Maha Raja, semua pasukan di New Barta telah tewas, termasuk Syahila dan Arnade,'' Kata Anur menunduk. 
Mungkin aku jauh lebih terkejut daripada Raja Barbarian, aku terkejut bukan main, ''Syahila terbunuh?'' Tanyaku dalam hati. Syahila adalah wanita yang sunguh disegani di clan ini, Syahila adalah Ratu pasukan Acher, pasukan berpanah yang sangat kuat, lantas bagaimana mereka bisa kalah dalam pertempuran itu?

''Kerajaan Maxbro yang terkenal dengan naganya tiba-tiba datang menyerang hall dan semuanya diluluh lantakkan oleh mereka, termasuk para pekerja dan anak-anak,'' Kembali Anur bercerita.
Arqa, gadis berambut ungu yang awalnya berdiri di sampingku langsung berlari. Kulihat dia mengusap matanya. Yah Arqa adalah putri dari ratu Syahila yang kebetulan sedang ada di kerajaan kami untuk misi perang melawan kerajaan Raden. Tapi, sepertinya semua rencana yang sudah di rencanakan akan dibatalkan. Ah masa bodoh, aku harus menjumpai Arqa dia membutuhkanku.
Aku melihat Arqa terduduk di sebuah batu, di sebelah rumah para tukang, dia melempar batu-batu kecil, wajahnya murung dan air matanya menetes, ''Arqa, aku turut prihatin,'' ucapku sambil meremas tanganku berharap dia menyukai caraku menguatkannya. ''Aku baik-baik saja Raey, tolong tinggalkan aku sendiri!'' 
Aku mengerti kalau Arqa sedang terpukul jadi aku mengikuti perintahnya.

''Kumpulkan semua pasukan!'' 
Aku memerintah Rew, salah satu pasukan Giant yang sedang terduduk dengan Mio kekasihnya. Sudah tahu kalau New Barta diserang, tetapi yang dua ini malah pacaran. Ketika Rew telah pergi untuk memangil pasukan, Mio sang gadis bersayap, bernafas penyembuh itu malah menghampiriku.
''Raey, Putra pertama raja Jambae, pasukan Wizard yang disegani, aku kasihan kepadamu,'' Katanya sambil terbang dan berbisik-bisik ditelinggaku.
''Maksud kamu apa?'' Tanyaku kepada Mio si pengoda itu.
''Coba sekarang kamu lihat apa yang dilakukan wanita pujaanmu?'' Katanya bermaksud menyebut Arqa. 
''Saya pikir dia lebih nyaman dengan sikurus Nero dari pasukan Goblin, kalau tidak percaya lihat saja ke sana!,''

Aku sebenarnya tidak perduli dengan ucapan Mio, tetapi entah mengapa aku jadi penasaran, apakah memang benar kalau Arqa lebih memilih Nero daripada aku? Jadi sebaiknya aku lihat dulu.
Jantungku hampir meledak ketika aku melihat Arqa berpelukan dengan Nero, si kurus pencuri kurang ajar itu. Aku tidak bisa berpikir lagi, kujumpai mereka berdua dan langsung kupukul habis wajah si Nero yang telah berani memeluk kekasihku itu (sebenarnya masih pedekate)
''Raey...hentikan!'' Teriak Arqa.
''Apa? Hentikan, kamu suruh aku berhenti setelah dia memeluk kamu,'' Kataku tegas, tajam mataku menatap matanya,
''Ey, siapa lu? Adek bukan, saudara bukan, pacar bukan, suka-sukalah mau pelukan sama apa saja,'' Katanya lebih keras dari suaraku.

''Dasar wanita aneh, maunya sama pencuri,'' Kataku pergi.
''Daripada penyihir yang tidak berani membuka topinya,, blek..blek...'' Kata si Nero sambil menjulurkan lidahnya, tetapi ketika kutunjuk, dia malah takut dan bersembunyi di belakang Arqa.

Semua pasukan sudah berbaris rapi, termasuk para kepala perang. Pasukan Acher yang dipimpin oleh Savira yang masih saudara kandung dari Syahila, Romeo kepala pasukan Giant, Rbut kepala pasukan Goblin, Jambae ayahku dan Mio satu-satunya healer yang masih bertahan. Sementara di sudut sana, beberapa pemegang bom bunuh diri telah berdiri begitu grogi. 
''Pasukan...dengarkan! Musuh kita kali ini sudah memiliki naga, jadi kerahkan semua tenagamu, jika kita menang maka kamu bisa kembali lewat pintu ajaib hall, tetapi jika kalah darahmu akan dijadikan minuman di sana, jadi aku bertanya sekali saja, apakah kalian sudah siap mati???....''
Tanya sang raja Barbarian penuh semangat.

''Mohon ampun tuan raja, kalau boleh tahu level berapakah kerajaan Maxbro itu?'' Tanya seseorang dari pasukan Giant.
''Kita kurang tahu, tapi yang pastinya mereka memiliki pasukan naga'' Jawab ayahku.
''Maaf tuan, tadi sang raja berkata kalau kita menang, kita bisa kembali, setau saya dari dulu pasukan kita tidak pernah kembali,'' Tanya seseorang dari pasukan wall breaker,
''Ah mereka saja yang bodoh, kamu tahu kalau kau menang kau akan lebih memilih untuk tinggal di sana!'' Jawab Raja Barbarian
'Mohon maaf tuan, kenapa Raey tidak pernah ikut berperang, padahal dia sudah besar,'' Tanya Mio. 
Aku kaget sekali mendengarnya,

Ayahku Jambae berdehem, ''hem,,yah karena sebenarnya dialah yang pegang handphonenya''
Semua pasukan terlihat bingung. Aku sudah tidak sabar lagi, ''siap...tidak siap ayo merampok...!!!!''
''Herton...n..n cepat kau ambil dulu galon itu, air kita sudah habis!'' Teriak seseorang dari luar.
''Sebentar ma.a.. lagi peranggg,'' 
''Apa..a perang? Ini baru perang,'' katanya sambil membawa sapu dan mengejarku.

Read previous post: